Selamat Datang di Blog Saya. Jangan lupa meninggalkan pesan dan komentar Anda

Minggu, 25 November 2012

Keterlekatan Ekonomi Terhadap Kehidupan Sosial


Makalah 

Keterlekatan Ekonomi Terhadap Kehidupan Sosial



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat
Baik ekonomi maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakatmemenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan pertukaran.
Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barangdan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KETERLEKATAN
Konsep keterlekatan diajukan oleh Granovetter (1985) untuk menjelaskan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Adapun yang dimaksud dengan jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok – kelompok. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu – individu atau kelompok – kelompok” (Granovetter dan Swedberg, 1992 : 9)
Tindakan yang dilakukan oleh anggota jaringan adalah “terlekat” karena ia diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain.

B. KETERLEKATAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT MODERN
Menurut Polanyi dan kawan-kawan (1957) ekonomi dalam masyarakat pra industri melekat dalam institusi-institusi sosial, politik dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi. Mekanisme pasar tidak dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi, oleh karena itu permiantaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyarakat.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat, Polanyi mengajukan tiga proses ekonomi, yaitu resiprositas, redistribusi dan pertukaran. Resiprositas menujuk pada gerakan di antara kelompok simetris yang saling berhubungan. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Misalnya dalam masyarakat Minangkabau terdapat tuntunan adat tentang resiprositas yaitu kabar baik dihimbaukan, kabar jelek dihimbaukan. Maksudnya, jika ada berita yang menggembirakan (baik) seperti memanen padi maka petani pemilik sawah harus memberitahu kepada kerabat – kerabatnya tentang waktu dan tempat memanen padi sebelumnya, jika dia ingin dibantu dalam memanen padi. Sebaliknya, kerabat – kerabatnya juga melakukan hal yang sama kepadanya apabila mereka akan memanen padi di sawah.
Redistribusi merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke arah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan – kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat (raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Sedangkan pertukaran merupakan proses ekonomi yang berlangsung antara “tangan-tangan” di bawah sistem pasar. Dalam pasar dilakukan aktivitas perdagangan dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan mekanisme pasar ditentukan oleh pasar melalui permintaan dan penawaran.
Keterlekatan yang terjadi dalam masyarakat pra inidustri dan ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat dirangkum dalam table 1.
Tabel 1. Keterlekatan Ekonomi dan Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi

Hubungan
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ekonomi dan Komunitas
Resiprositas – ekonomi melekat dalam hubungan yang terpusat pada kewajiban terhadap komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat dalam komu nitas politik yang terpusat
Pasar ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui institusi-institusi, seperti pasar dan hak milik pribadi
Ekonomi dan Pemerintahan
Resiprositas-ekonomi melekat dalam proses pengaturan suku yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi melekat dalam aparat politik negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk melakukan kontrol geo- politik
Pasar-ekonomi tidak melekat pada pemerintahan melalui integritas legal dari individu dan perusahaan serta melalui kebebasan pasar dari dominasi politik
Ekonomi dan Rumah Tangga
Resiprositas-ekonomi maupun rumah tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan rumah tangga melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
Pasar-ekonomi tidak melekat pada rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan” dan “waktu luang”.

C. KETERLEKATAN VERSUS PILIHAN RASIONAL
Mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Bermakna memaksimumkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil dimasa akan datang.
Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan bahwa tindakan manusia mempunyai maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hieraki yang tertata rapi dari preferensi.
Dalam hal ini rasional berarti :
Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan
Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari individualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas di atas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.

D. Keterlekatan Versus Ekonomi Institusi Baru
Ekonomi institusi baru (EIB) berasal dari perluasan analisis ekonomi dalam rangka memasukkan institusi-institusi sosial ke dalam cakupan perhatian. Beberapa kepercayaan umum yang dimiliki oleh teoritis Ekonomi Institusi Baru adalah :
· Arus-utama ekonomi harus berhubungan dengan institusi-institusi.
· Analisis institusi-institusi byang selama ini terabaikan dapat dilakukan secara langsung atas dasar prinsip-prinsip ekonomi neo-klasik.
Menurut Granoveter dan Swedberg (1992) teoritisi EIB merupakan suatu kumpulan ekonom yang heterogen. Diantara mereka adalah Douglas North, Oliver Williamson, Andrew Schotter dan Robert Thomas. Meski mereka beragam pemikiran, namun dapat ditarik suatu garis yang menghubungkan tema sentral pemikiran dari karya mereka yaitu efisiensi. Efisiensi dilakukan melalui pengurangan biaya transaksi. Lebih lanjut Granovetter menegaskan bahwa institusi tidak dapat dijelaskan pada prinsip-prinsip ekonomi neoklasik, khususnya efisiensi; institusi yang ada akan lebih tepat bila dipandang sebagai konstruksi sosial atas kenyataan. Dengan demikian, institusi-institusi yang ada, termmasuk institusi ekonomi, diskontruksi dengan mobilisasi sumber-sumber melalui jaringan sosial; dan dibangun dengan pertimbangan latar belakang masyarakat, politik, pasar dan teknologi.

E. Penerapan Konsep Keterlekatan
Dalam perilaku ekonomi telah melekat konsep kepercayaan (trust). Pendekatan actor teratomisasi yang berakar dari pendekatan ekonomi neo-klasik yakin bahwa kepercayaan merupakan institusi sosial yang berakar dari hasil evolusi kekuatan-kekuatan politik, sosial, sejarah, dan hukum, dipandang sebagai solusi yang efisien terhadap fenomena ekonomi tertentu.
Pendekatan aktor yang lebih tersosialisasi memandang bahwa kepercayaan merupakan moralitas umum dalam perilaku ekonomi. Oleh karena itu semua tindakan actor haruslah merujuk, tunduk dan patuh secara otomatis terhadap moralitas tersebut, dalam hal itu menjunjung tinggi nilai-nilai kepercayaan.
Pendekatan sosiologi ekonomi baru-atau juga sering disebut pendekatan “keterlekatan” mengajukan pandangan yang lebih dinamis, yaitu bahwa kepercayaan tidak muncul dengan seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama. Kepercayaan bukanlah barang baku (tidak berubah), tetapi sebaliknya, ia terus menerus ditafsirkan dan dinilai oleh para aktor yang terlibat dalam hubungan perilaku ekonomi.

F. Jaringan Sosial dalam Perilaku Ekonomi
Granovetter telah menegaskan bahwa keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Bagi sosiolog, studi tentang jaringan sosial dihubungkan dnegan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan mauoun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial.
Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan perspektif atau studi kasus. Pendekatan terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada :
a. Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi.
b. Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan dalam organisasi diskontruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normative dan budaya dari lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak, profesi dan sumber-sumber legitimasi.
c. Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama) yang dapta mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
Pendekatan perspektif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan hubungan-hubungan diantara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama kedalam suatu sistem yang padu. Pendekatan ini lebih pragmatis dan terkait dengan pendekatan antar-disipliner. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda kedalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar, tenaga kerja, etika bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan perspektif didasarakn atas kerangka kerja konseptual dari :
a) Keterlekatan, resiprositas dan koneksi. Kesemuanya itu merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan tertentu yang melekat dalam struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
b) Pemakaian bahasa dan model tindakan. Menurut Burt (1992) keuntungan informasional dari sosial merupakanakses, pengaturan tempo, dan penterahan. Kedua pendekatan tersebut sama menganggap penting kepercayaan (trust) bagi resiprositas dalam jaringan sosial.
Baik pendekatan analitis maupun pendekatan perspektif mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut tidak mampu melihat kelseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial secara mendalam.
Pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit memberi perhatian pada substansi, lebih menekankan pada struktur (ukuran) dibandingkan isi dari ikatan dari suatu jaringan sosial.
Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog, yaitu jaringan informal terhadap akses dan kesempatan; jaringan formal dari pengaruh dan kekuasaan; organisasi sebagai jaringan perjanjian; serta jaringan sosial dalam produksi.
1. Jaringan informal dari akses dan kesempatan
Pada bidang ini penelitian difokuskan pada penggunaan jaringan sosial dalam pekerjaan, mobilisasi dan difusi. Jaringan sosial memainkan peranan penting dalam pasar tenaga kerja. Lemah dan kuatnya ikatan suatu jaringan sosial menentukan perolehan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan Granovetter (1974) memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Jaringan kuat didefinisikan sebagai teman akrab atau keluarga, sedangkan ikatan lemah adalah sebagai suatu perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa.
Jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam berimigrasi dan kewiraswastaan imigran. Jaringan ini bersatu dalam ikatan kekerabatan, persahabatan, dan komunitas asal yang sama. sekali jaringan ada si suatu tempat, ia akan menciptakan arus migrasi yang berkesinambungan (Powell dan Smith-Doer 1994 : 374)kebanyakan kewiraswastaan yang terjadi pada komunitas migran dimudahkan oleh jaringan dari ikatan dalam saling tolong menolong, sirkulasi modal dan bantuan dalam hubungan dengan birokrasi.
Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Perluasan ikatan dan hubungan serta ikatan dalam lokasi strategis adalah hal utama. Dua bidang penting dalam penelitian ini adalah pertukaran informasi informal dan mobilisasi sumber daya. Jaringan komunikasi memainkan peran penting dalam penyebaran model,struktur, praktek dan budaya bisnis. Tiga cara untuk transmisi ide dan pengetahuan yaitu melalui jaringan profesi atau jaringan perdagangan melalui pola hubungan antar organisasi yang mana perusahaan dan individu terlibat dan melalui tindakan seorang yang berwibawa. Bagi kebanyakan perusahaan dan institusi, mereka belajar melalui peniruan dan penyontekan dan ini merupakan cara yang efektif unttuk menghemat biaya.
2. Jaringan Formal pengaruh dan kekuasaan
Kubu pemikiran ini mempercayai bahwa kekuasaan melekat pada secara situasional, ia bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial (Powell dan Smith, 1994:376). Sementara itu kekuasaan disini didefinisikan sebagai otoritas formal, pengaruh informal, dan dominasi. Dalam memahami jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan 3 perspektif, yaitu pertukaran sosial, ketergantungan sumber daya dan kelas sosial.
Perspektif pertukaran sosial meyakini bahwa meskipun individu silih berganti datang dan pergi di atas tumpuk kekuasaan, namun distribusi kekuasaan dalam posisi tetap sama.
3. Organisasi sebagai jaringan sosial dari perjanjian
Analisis jaringan organisasi didasarkan atas organisasi formal dan informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujuai atasnya, sedangkan informal berarti ikatan yang spontan, fleksibel, diantara anggota-anggota yang dituntun dengan perasaan dan kepentingan pribadi yang tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal.
Melalui jaringan organisasi dan sebagai bagian dari proses reorganisasi yang lebih luas, secara vertikal organisasi yang terintegrasi merampingkan hierarki perusahaan. Jaringan memberikan suatu cara bagi perusahaan besar untuk mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar. Desentralisai produksi tidak memerlukan suatu desentralisasi kekuasaan.
Sebagai logika ganda dari jaringan sosial, organisasi terlibat dalam suatu percampuran yang rumit dari kerjasama, kompetisi dan kekuasaan dari perusahaan ke dalam jaringan yang kompleks dari perjanjian. Jaringan organisasi dalam kolaborasi akan meningkatkan belajar dari pengalaman. Kegiatan kolaboratif tampak lebih bebas dan kaya melalui jaringan komunikasi sedangkan pertukaran saluran informasi menciptakan persekutuan saingan jaringan paralel dalam suatu bentuk kompetisi baru yang gilirannya menjamin posisi baru, reputasi dan penciptaan identitas baru.
4. Jaringan sosial dari produksi
Seperti jaringan yang lain, jaringan sosial dari produksi memandang penting arti suatu kepercayaan (trust). Powell dan Smith-Doer (1994) mengajukan 4 jaringan produksio secara bersama, yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok bisnis, aliansi strategis dan produksi bersama.
Tipe regional merupakan jaringan sosial dari produksi yang berdasarkan atas lokasi.
Tipe penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi yang berlandaskan atas kerjasama ilmiah. Tipe ini digerakkan oleh inovasi dan belajar tentang ide baru. Sedangkan basis kepercayaan diletakkan pada komunitas ilmiah, intelektual, dan teknologi.
Tipe kelompok bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi yang horizontal dan relatif egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang lebih hierarkis dengan landasan otoritas dan kebijakan.
Aliansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat formal karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerjasama dengan jangka waktu yang relatif pendek. Ciri-ciri dari tipe ini yaitu anggota terdiri dari kelompok bisnis yang berbeda, mempunyai landasan normatif bersama, dan kerabat-kerabat kerja merasa sedang mengikuti suatu perangkat aturan umum. Oleh karena itu mooniyoring cenderung lebih terstruktur secara formal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.

Tidak ada komentar: